Peranan Pedagang Asing dalam perubahan kebudayaan di Indonesia




Peranan Pedagang Asing dalam perubahan kebudayaan di Indonesia




Kebudayaan atau yang biasa disebut peradaban adalah pemahaman yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor 1997).
Secara pendapat umum, kebudayaan adalah 1. Sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat. (Bakker 1984).  2. Pola tingkah laku mantap yaitu pikiran, perasaan, an reaksi yang diperoleh dan terutama diwujudkan oleh simbol-simbol pada pencapaian tersendiri kelompok manusia yang bersifat universal (Kroeber dan Klukhon 1950).
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, “budayah” atau “bodhi” yang artinya budi akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat dipisahkan sebagai kata majemuk Budi dan Daya yang berupa: Cipta, Rasa, Karsa, Karya (Kuncoroningrat 1980).
Yang pertama, kebudayaan Hindu dan Buddha. Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu dan Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya dalam beberapa aspek kehidupan. Tersebarnya kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia berpengaruh luas dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah Kebudayaan. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terlihat dari hasil-hasil kebudayaan seperti bangunan candi, seni sastra, berupa cerita-cerita Epos (Epos Mahabharata dan Epos Ramayana). Pengaruh lainnya adalah sistem tulisan. Kebudayaan Hindu-Buddha amat berperan memperkenalkan sistem tulisan di masyarakat Indonesia.
1.      Seni Bangunan
Tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan Seni Hindu-Buddha. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan pundek berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha. Contohnya Candi Borobudur.
2.      Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat. Periode tengah bangsa Indonesia melakukan penyaduran atas karya India. Contohnya: Kitab Bharatayudha (gubahan Mahabharata oleh Mpu Sedah dan Panuluh). Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.

3.      Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender India. Hal ini terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M pada masa Raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam setahun ada 365 hari.

            Yang kedua, kebudayaan Islam. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Buddha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi bersifat menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Akulturasi tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang, yaitu:
1.      Seni bangunan
Dapat dilihat pada bangunan masjid, makam dan istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Masjid di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, diantaranya:
a.       Atapnya berbentuk atap tumpang yaitu atap tersusun.
b.      Tidak ada menaranya.
c.       Biasanya dibuatnya di dekat istana dan berada di sebelah utara dan selatan.
2.      Aksara dan Seni Sastra
Wujud akulturasi dalam seni sastra terlihat dari tulisan atau aksara yang digunakan menggunakan huruf Arab Melayu. Isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a.       Hikayat, yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
b.      Babad, yaitu kisah rekaan pujangga keratin yang sering dianggap sebagai peristiwa sejarah. Contohnya Babad Tanah Jawi.
c.       Suluk, yaitu kitab yang membentangkan soal-soal Tassawuf.

3.      Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu dan Buddha. Sistem pemerintahanyang bercorak Islam Rajanya bergelar Sultan atau Sunan, seperti para Wali. Apabila Rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan di Candi tetapi dimakamkan secara Islam.

4.      Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia mengenal kalender Saka. Yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan seperti tahun Hijriah. Nama-nama bulan yang digunakan pun sama dengan penanggalan Hijriah. Ada Muharram, Safar, Rabi’ul Awal, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijah.

Tugas Sejarah Perminatan
SMAN 1 BOJONGGEDE
Balqis Hayati Putri
Sumber: falah-kharisma.blogspot.com
  lestariyunita10.blogspot.com




Komentar